Lahat Selatan, lahatsatu.id – Masyarakat Desa Tanjung Payang, Kecamatan Lahat Selatan, Kabupaten Lahat, Kamis, 24 Oktober 2025 melakukan aksi pembongkaran terhadap sejumlah kafe remang-remang yang berdiri di sepanjang pinggiran Sungai Lematang.
Aksi ini dilakukan secara gotong royong sebagai tindak lanjut atas kesepakatan bersama antara masyarakat dan para pemilik kafe, yang sebelumnya telah diminta menutup usaha mereka namun belum juga direalisasikan.
Sebelum kegiatan dimulai, beredar pemberitahuan kepada warga agar berkumpul di Simpang Empat Desa Tanjung Payang, sekitar pukul 14.00 WIB untuk bersama-sama melakukan pembongkaran kafe di pinggiran Sungai Lematang.
Pantauan media ini di lapangan, masyarakat tampak bergotong royong menurunkan bangunan kafe satu per satu. Tidak hanya dilakukan secara manual, pembongkaran juga melibatkan alat berat yang dikerahkan untuk merobohkan bangunan permanen.
Beberapa kafe bahkan dibakar oleh warga sebagai bentuk penegasan bahwa aktivitas hiburan malam di kawasan tersebut benar-benar dihentikan.
Di tengah aksi, sempat terjadi adu argumen antara warga dan sejumlah pemilik warung setempat. Namun, pembongkaran tetap berjalan.
Salah seorang warga yang ditemui di lokasi mengatakan, masyarakat sudah lama merasa resah terhadap keberadaan kafe-kafe remang-remang itu.
“Sudah sering kami sampaikan agar ditutup karena meresahkan. Tapi tetap saja beroperasi, apalagi malam hari selalu ramai dan menimbulkan keresahan. Jadi hari ini masyarakat sepakat bertindak sendiri,” ujarnya.
Aksi pembongkaran ini merupakan tindak lanjut dari hasil mediasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan para pemilik kafe remang-remang yang dilaksanakan pada 3 Oktober 2025. Dalam pertemuan tersebut, seluruh pihak telah menyepakati bahwa kafe-kafe di sepanjang Sungai Lematang akan ditutup secara permanen.
Para pemilik kafe juga meminta waktu hingga 23 Oktober 2025 untuk mengosongkan lokasi dan melakukan pembongkaran secara mandiri. Masyarakat menerima permintaan itu sebagai bentuk toleransi dan menghormati kesediaan mereka. Namun, hingga batas waktu berakhir, sejumlah kafe tetap berdiri dan beroperasi seperti biasa, sehingga warga akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas.
Dalam kegiatan pembongkaran tersebut, Wakil Bupati Lahat, Widia Ningsih SH MH turut hadir di lokasi dan berdialog langsung dengan masyarakat maupun pemilik kafe. Ia menegaskan, bahwa langkah yang diambil warga merupakan bentuk aspirasi yang lahir dari keresahan sosial, dan bukan masalah pribadi antar pihak.
“Ini bukan persoalan pribadi, tapi persoalan keresahan masyarakat. Dari awal sudah ada kesepakatan bersama dan waktu yang diberikan. Pemerintah menghargai tindakan warga yang tetap dilakukan dengan cara damai,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Payang, Sapri menyampaikan, pihak pemerintah desa sudah berulang kali memberikan peringatan dan kesempatan kepada para pemilik kafe untuk membongkar sendiri bangunannya.
“Kami sudah beri waktu dua minggu sejak kesepakatan mediasi, bahkan semua pemilik sudah tanda tangan. Tapi karena tidak juga dibongkar, masyarakat akhirnya sepakat untuk turun bersama-sama. Ini hasil musyawarah dan sesuai kesepakatan yang sudah dibuat,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Linmas dan tokoh masyarakat setempat agar kegiatan berjalan dengan tertib dan tanpa provokasi.
“Sudah kami ingatkan sebelumnya lewat surat pemberitahuan, bahkan langsung disampaikan ke pemilik. Jadi ini murni hasil kesepakatan dan keresahan warga yang sudah lama,” ujarnya.
Dari Pantauan media ini juga, tampak alat berat dikerahkan untuk menghancurkan bangunan permanen yang sulit dirubuhkan secara manual. Api juga tampak membakar beberapa bangunan semi permanen di tepi sungai yang selama ini digunakan untuk kegiatan hiburan malam.
Warga berharap setelah pembongkaran ini, kawasan tersebut bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif, seperti ruang terbuka hijau, area usaha kecil yang sehat, atau kegiatan masyarakat lainnya.
“Kami ingin lingkungan kami aman dan bersih. Tidak ada lagi kegiatan malam yang bikin resah,” ujar salah satu masyarakat lainnya yang enggan disebutkan namanya.
Hingga berita ini diturunkan, proses pembongkaran masih berlangsung di sepanjang pinggiran Sungai Lematang.(*)





