Merapi Selatan, lahatsatu.id – Dua bulan terakhir, pemilik kerbau di Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat, mendapatkan musibah betubi-tubi. Bagaimana tidak puluhan kerbau yang sebagian besar diliarkan, mengalami mati mendadak.
Kuat dugaan puluhan kerbau mati mendadak ini diserang penyakit septicemia epizkotica (SE), dengan ciri-ciri mengeluarkan suara seperti mengorok.
Tokoh masyarakat Kecamatan Merapi Selatan, Andi Sucitera mengungkapkan, terdapat sekitar 40 hingga 50 ekor kerbau warga yang ditemukan sudah mati. Belum lagi ditambah dengan jumlah sapi yang terpaksa mati disembelih, karena sudah terlihat gejala serupa.
“Kerbau warga ini matinya berserakan di banyak tempat, karena mayoritas kerbau ini diliarkan. Ada yang mati di kubangan, ada yang mati di kebun warga, mati di hutan, ada juga yang mati di aliran sungai,” ungkap Andi Sucitera, Senin 28 April 2025.
Kejadian ini sudah disampaikan ke pihak terkait untuk segera ditindaklanjuti. Karena jika terkesan lambat, seluruh hewan ternak kerbau dan sapi warga bisa terancam mati semua.
“Saat ini, setiap hari ada saja kerbau warga yang disembelih. Saya berharap, Bidang Peternakan bisa sigap untuk tangani dengan serius, tidak menjadikan momen pengobatan ini sebagai kegiatan seremonial saja,” kata mantan anggota DPRD Lahat periode 2019-2024 ini.
Sementara itu, Febri salah satu peternak kerbau di Kecamatan Merapi Selatan mengungkapkan, saat ini sudah ada tujuh ekor kerbau miliknya yang mati, lima ekor mati disembelih dan dua ekor yang terpaksa dijual murah. Kondisi ini sudah terjadi dengan hewan ternaknya sejak satu bulan terakhir. Agar pihak terkait segera kembali lakukan pengobatan.
“Mulanya terlihat hidung kerbau banyak lendir. Jika sudah begini, jaraknya hanya bekisar 4 jam akan mati. Saat hidung berlendir, kerbau mencari tempat berendam, kejang-kejang, lalu mati mendadak. Kendala kita menangkap kerbau tersebut karena bisa memakan biaya Rp 1 juta per ekor. Tapi jika memang akan ada pengobatan dan waktunya sudah ditentukan, kita siap mengandangkan hewan ternak kita itu,” ungkapnya.
Terpisah, Plt Kepala Dinas TPHP Lahat, Pukatul Hadi SP Msi melalui Kabid Peternakan, Adi Sulistio STP menerangkan, matinya kerbau warga tersebut kerena terserang penyakit SE (ngorok), untuk penanganannya hanya melalui pengobatan saja. Kondisi ini sebelumnya di Desember 2024 juga sempat terjadi di Kecamatan Tanjung Tebat tapi berhasil cepat ditangani.
“Kita sudah dua kali lokasi (Merapi Selatan), yang sakit ada yang sudah kita obati yang sehat kita beri vitamin. Tapi persoalannya, kerbau warga ini banyak yang diliarkan. Kita tidak mampu melayani jika ternak warga diliarkan, setidaknya kerbau tersebut sudah ditangkap dan dikandangkan,” terang dia.
Dirijya berharap, kepada pemilik hewan ternak, pemerintah desa dan kecamatan bisa bekerjasama dengan pihaknya dalam lakukan pengobatan. Dengan cara menentukan jadwal dan mengandangkan hewan ternaknya, karena dengan jumlah tenaga yang terbatas pihaknya tidak bisa berulang kali hanya berikan pelayanan untuk satu kecamatan saja.
“Penyakit ini tidak bahaya untuk manusia, tapi bisa ikut menyerang sapi dan kambing. Awal mula penyakit ini karena terbawa dari luar. Untuk itu, peternak kami imbau tidak menjual hewan kerbaunya jika melihat terindikasi penyakit, sehingga penyakit tersebut tidak menyebar ke wilayah lain,” harap Adi Sulistio.(*)